Selasa, 25 Oktober 2016

ANSOS - Anti Sosial atau Arogansi Sosial

Sumber gambar : http://www.kompasiana.com

ANSOS (Arogansi Sosial atau Anti Sosial??)

Ansos adalah sebuah akronim yang sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, terutama di kalangan pelajar. Akronim ini sendiri memiliki kpenjangan anti sosial dan seringkali dikaitkan dengan orang-orang yang dianggap tidak memiliki keinginan untuk hidup secara sosial atau berdampingan dengan orang lain.

AROGANSI SOSIAL

Kehidupan seseorang adalah sebuah kehidupan yang kompleks yang selalu disertai dengan cerita-cerita yang memberikan warna pada setiap lembar putih kehidupannya. Inilah yang membuat setiap individu adalah pribadi yang unik, yakni karena latar belakang mereka berbeda satu sama lain. Oleh karena itu, setiap tindakan yang dilakukan oleh seorag individu tidak bisa dipungkiri memiliki kaitan dengan kehidupan pribadi mereka.

Patut untuk disayangkan bahwa pemahaman terhadap fenomena ini seringkali terlupakan oleh mereka yang sering melabelkan “ansos” kepada seseorang. Seringkali penilaian yang sangat subjektif menjadi modal utama dalam pelabelan tersebut tanpa melihat motif mereka melakukan hal demikian. Dalam hal ini masalah kehidupan yang begitu kompleks sudah diimplifikasikan oleh segelintir orang untuk kemudian digeneralisasi menjadi sebuah standar baru yang dianggap diterima umum.
Ambil contoh kasus seperti ini: Seorang anak memiiliki kesulitan finansial dan hal ini menyebabkan anak itu harus berhemat dalam kehidupannya. Akhirnya, anak tersebut jarang berkumpul dengan teman-temannya dikarenakan seringkali diajak ke tempat-tempat yang ia anggap hanya membuang uangnya. Dengan keengganan anak ini untuk bergabung dengan teman-temannya, ia kemudian dilabelkan dengan anak yang “Ansos” Stigmatisasi terhadap anak ini akhirnya membuat ia semakin merasa tersingkir dari kehidupan sosialnya dan akhirnya ia menjadi seseorang yang betul-betul antisosial.
Ambil contoh kasus lainnya. Seseorang memiliki kehidupan sosial yang berbeda dengan orang-orang di sekitarnya. Dikarenakan ia memiliki pola hidup yang berbeda itulah, ia jarang bergabung dengan rekan-rekan di sekitarnya. Namun di sisi lain, ia memiliki kehidupan sosial yang lain di luar. Lalu dengan mudah ia dilabelkan “Ansos” oleh rekan-rekan di sekitarnya.


Dua contoh kasus di atas setidaknya menunjukkan motif-motif yang seringkali diajukan oleh seseorang untuk menyamaratakani seseorang sebagai orang yang “Ansos.” Sebuah hal yang patut disayangkan bahwa mereka tidak berusaha untuk mengenal lebih jauh tentang orang tersebut dan hanya langsung melabelkan orang tersebut sebagai pribadi yang antisosial.
Dalam hal inilah nampak jelas bahwa yang terjadi adalah sebuah arogansi sosial daripada antisosial. Daripada berusaha untuk mengenal setiap pribadi lebih jauh, orang-orang tersebut lebih mementingkan bahwa gaya hidup mereka lah yang seharusnya diikuti, beranggapan bahwa hidup mereka adalah yang terbaik dengan keseimbangan pada kehidupan privat dan sosialnya. Lalu, tidakkah mereka mengucilkan yang lainnya? Tidakkah ini lebih tepat dikatakan sebagai sebuah fenomena arogansi sosial? 
Jadi pada akhirnya, Ansos adalah sebuah fenomena yang sekiranya patut untuk disikapi dengan hati-hati. Pelabelan seseorang dengan predikat ini bisa menimbulkan stigmatisasi dan marjinalisasi terselubung yang pada akhirnya membuat orang tersebut menjadi betul-betul anti sosial.



Sumber: http://www.kompasiana.com/
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

EXPONEN

EXPONEN
Est. 2016