Sumber gambar : http://www.kompasiana.com
ANSOS (Arogansi
Sosial atau Anti Sosial??)
Ansos adalah
sebuah akronim yang sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, terutama di
kalangan pelajar. Akronim ini sendiri memiliki kpenjangan anti sosial dan
seringkali dikaitkan dengan orang-orang yang dianggap tidak memiliki keinginan
untuk hidup secara sosial atau berdampingan dengan orang lain.
AROGANSI SOSIAL
Kehidupan
seseorang adalah sebuah kehidupan yang kompleks yang selalu disertai dengan
cerita-cerita yang memberikan warna pada setiap lembar putih kehidupannya.
Inilah yang membuat setiap individu adalah pribadi yang unik, yakni karena
latar belakang mereka berbeda satu sama lain. Oleh karena itu, setiap tindakan
yang dilakukan oleh seorag individu tidak bisa dipungkiri memiliki kaitan
dengan kehidupan pribadi mereka.
Patut untuk
disayangkan bahwa pemahaman terhadap fenomena ini seringkali terlupakan oleh
mereka yang sering melabelkan “ansos” kepada seseorang. Seringkali penilaian
yang sangat subjektif menjadi modal utama dalam pelabelan tersebut tanpa
melihat motif mereka melakukan hal demikian. Dalam hal ini masalah kehidupan
yang begitu kompleks sudah diimplifikasikan oleh segelintir orang untuk
kemudian digeneralisasi menjadi sebuah standar baru yang dianggap diterima
umum.
Ambil contoh
kasus seperti ini: Seorang anak memiiliki kesulitan finansial dan hal ini menyebabkan
anak itu harus berhemat dalam kehidupannya. Akhirnya, anak tersebut jarang
berkumpul dengan teman-temannya dikarenakan seringkali diajak ke tempat-tempat
yang ia anggap hanya membuang uangnya. Dengan keengganan anak ini untuk
bergabung dengan teman-temannya, ia kemudian dilabelkan dengan anak yang “Ansos”
Stigmatisasi terhadap anak ini akhirnya membuat ia semakin merasa tersingkir
dari kehidupan sosialnya dan akhirnya ia menjadi seseorang yang betul-betul
antisosial.
Ambil contoh
kasus lainnya. Seseorang memiliki kehidupan sosial yang berbeda dengan
orang-orang di sekitarnya. Dikarenakan ia memiliki pola hidup yang berbeda itulah,
ia jarang bergabung dengan rekan-rekan di sekitarnya. Namun di sisi lain, ia
memiliki kehidupan sosial yang lain di luar. Lalu dengan mudah ia dilabelkan “Ansos”
oleh rekan-rekan di sekitarnya.
Dua contoh
kasus di atas setidaknya menunjukkan motif-motif yang seringkali diajukan oleh
seseorang untuk menyamaratakani seseorang sebagai orang yang “Ansos.” Sebuah
hal yang patut disayangkan bahwa mereka tidak berusaha untuk mengenal lebih
jauh tentang orang tersebut dan hanya langsung melabelkan orang tersebut
sebagai pribadi yang antisosial.
Dalam hal
inilah nampak jelas bahwa yang terjadi adalah sebuah arogansi sosial daripada
antisosial. Daripada berusaha untuk mengenal setiap pribadi lebih jauh,
orang-orang tersebut lebih mementingkan bahwa gaya hidup mereka lah yang
seharusnya diikuti, beranggapan bahwa hidup mereka adalah yang terbaik dengan
keseimbangan pada kehidupan privat dan sosialnya. Lalu, tidakkah mereka
mengucilkan yang lainnya? Tidakkah ini lebih tepat dikatakan sebagai sebuah
fenomena arogansi sosial?
Jadi pada
akhirnya, Ansos adalah sebuah fenomena yang sekiranya patut untuk disikapi
dengan hati-hati. Pelabelan seseorang dengan predikat ini bisa menimbulkan
stigmatisasi dan marjinalisasi terselubung yang pada akhirnya membuat orang
tersebut menjadi betul-betul anti sosial.
Sumber: http://www.kompasiana.com/
0 komentar:
Posting Komentar